September 18, 2014

Liputan Media Terkait Pelatihan Penelitian Pernaskahan Bersama Dr. Annabel Teh Gallop


PADA 15-16 September 2014, Seloko: Jurnal Budaya dan Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi menggelar kegiatan Pelatihan Penelitian Pernaskahan Bersama Dr. Annabel Teh Gallop di kantor KKI Warsi, Jl. Inu Kertapati, Pematangsulur, Kota Jambi. Berikut liputan beberapa media terkait kegiatan tersebut:


Warsi dan Jurnal Seloko Gelar Pelatihan Pernaskahan Kuno

Kepala Seksi Asia Tenggara di British Library, London, Inggris, Annabel Teh Gallop, kemarin Senin 15 September 2014 menjadi pembicara dalam pelatihan penelitian naskah kuno di kantor Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi. Pelatihan yang digelar selama dua hari ini (15-­16 September) akan fokus mengkaji piagam dan naskah-­naskah kuno asli Jambi. Pelatihan ini diikuti belasan peserta yang berasal dari peneliti, dosen, dan aktivis dari berbagai instansi di Jambi.

Selama pelatihan peserta akan berkutat mengkaji naskah-­naskah kuno yang berhasil ditemukan dari beberapa daerah di Provinsi Jambi. Sekedar diketahui, di daerah Jambi banyak terdapat piagam atau naskah kuno yang saat ini sudah sulit ditemukan. Jikapun masih bisa ditemukan, kondisi fisik naskah juga sudah banyak yang rusak karena dimakan usia. Padahal, di dalam naskah­-naskah tersebut terkandung aturan adat, kearifan lokal, serta batas­batas wilayah masyarakat di suatu daerah.

Sebelum naskah­-naskah itu benar­benar hilang dan tidak bisa diakses lagi, diperlukan sebuah upaya penyelamatan melalui pengkajian dan penelitian naskah yang masih bisa ditemukan. Jika penyelamatan naskah melalui penelitian seperti ini tak segera dilakukan, maka aturan lokal yang tercantum di dalam naskah tersebut akan hilang dan tidak bisa memberikan manfaat kepada masyarakat di masa yang akan datang.

Namun, karena kemampuan masyarakat masih sangat minim untuk mengkaji dan meneliti naskah tersebut, KKI Warsi bekerja sama dengan Seloko: Jurnal Budaya sengaja menggelar penelitian naskah dengan mendatangkan pembicara dari British Library, Annabel The Gallop. Melalui pelatihan ini diharapkan bisa memberi pemahaman awal bagi para peneliti untuk lebih serius mengkaji dan mendokumentasikan naskah, piagam yang merupakan kekayaan masyarakat Jambi.

Sehingga selain naskah bisa diselamatkan dari kepunahan, masyarakat luas juga bisa mengetahui keagungan dan kearifan lokal yang pernah tumbuh di tengah masyarakat Jambi pada zaman dulu kala.

Deputi KKI Warsi, Yulqari mengatakan, pelatihan pernaskahan itu sangat perlu dilakukan karena melalui pemahaman dan kemampuan dalam menganalisis naskah lama diharapkan bisa memberikan pengetahuan dalam mengambil kebijakan terkait pemberdayaan masyarakat adat.

Karena naskah-­naskah tersebut sebenarnya berkaitan erat dengan kearifan lokal masyarakat pemilik naskah. Dia mencontohkan dalam melakukan pengelolan hutan berbasis masyarakat (PHBM) yang selama ini diusung oleh KKI Warsi, untuk mewujudkan advokasi dibutuhkan informasi terkait klaim wilayah dan bagaimana struktur-­struktur di dalam suatu masyarakat. Dan itu bisa ditemukan di dalam naskah dan piagam tersebut.

“Semua itu tercantum dalam tambo atau naskah. Ini yang perlu kita ketahui dan kita gali. Dan untuk wilayah hulu masih sangat kental dan banyak menyimpan naskah­naskah tersebut,” katanya.

Dia berharap melalui kegiatan pelatihan pernaskahan itu akan memberikan bekal bagi staf Warsi dan para peserta pelatihan dalam membaca naskah yang masih bisa ditemukan di tengah masyarakat. “Kita akui selama ini kita masih kurang atau masih minim dalam membaca naskah seperti ini. Selama ini kita lebih banyak membaca naskah berdasarkan interaksi langsung dengan masyarakat. Melalui pelatihan ini setidaknya nanti akan ada cikal bakal peneliti di Warsi dan jurnal Seloko. Namun harapannya tidak selesai sampai dua hari ini saja. Tapi harus tindaklanjutnya, seperti membuat tulisan di jurnal,” tandasnya.

Pada kesempatan yang sama, Annabel The Gallop mengatakan, di British Library tempatnya bekerja saat ini ada sekitar 500 naskah kuno dari Indonesia. Dan untuk bisa mengkaji hal itu setidaknya dibutuhkan tiga kemampuan dasar; yakni filologi untuk mengkaji isi naskah, kodikologi untuk mengakaji fisik naskah, dan pengetahuan terhadap konteks sosio-­budaya masyarakat pemilik naskah.

“Menurut saya ini adalah kesempatan emas. Karena peneliti akan menjadi perantara antara naskah itu dengan dunia luar,” ungkapnya.

Dia menambahkan, pengetahuan mengenai naskah masa lalu yang dimiliki Jambi sangat diperlukan untuk mengetahui kearifan lokal dan sosial budaya masyarakat setempat. Selain itu, melalui kajian naskah juga terbuka peluang untuk mengetahui sejarah masa lalu yang barangkali luput dari pengamatan. Sebab, di dalam naskah juga bisa ditemukan kapan sebuah naskah dibuat dan siapa pembuat naskah tersebut. Terutama untuk naskah piagam yang banyak ditemukan di Jambi.

“Naskah piagam sangat penting sebagai kajian sejarah karena biasanya ada judul dan tanggal penulisannya,” kata Annabel. (KJ1)

Sumber: Kilas Jambi, 16 September 2014.


Warsi-Jurnal Seloko Hadirkan Pakar Melayu dari British Library

Komunitas Konservasi Indonesia Warsi bekerja sama dengan Jurnal Seloko menggelar kegiatan pelatihan penelitian dan pembacaan naskah kuno Melayu Jambi yang menghadirkan instruktur DR Annabel Teh Gallop, pakar Melayu Nusantara dari British Library.

"Kegiatan ini bermisi meningkatkan kemampuan dan wawasan intelektual Jambi khususnya di bidang sosial budaya dalam menelaah referensi-referensi dari naskah kuno," kata Pimpinan Jurnal Seloko, Jumardi Putra di Jambi, Selasa.

Ia mengatakan, Warsi yang dasarnya LSM di bidang konservasi dan advokasi serta pemberdayaan masyarakat adat memiliki kesamaan visi dalam memandang pentingnya diberdayagunakan naskah-naskah kuno yang berupa piagam, sertifikat, faktur dan surat-surat penting lainnya.

Hal ini merupakan upaya memperjuangkan pengakuan hak-hak masyarakat adat dalam pengelolaan pelestarian sumberdaya alam yang ada di daerahnya sehingga tidak terjadi pengambilan paksa oleh pihak perusahaan dan pihak asing lainnya.

"Sebab, ternyata di dalam naskah-naskah lama khususnya berupa piagam yang pada zaman dulu dikeluarkan oleh Sultan atau raja termaktub tentang pengaturan luas dan batas-batas wilayah suatu daerah adat," ujarnya.

Hal itu tentu saja sangat berguna bagi Warsi dan masyarakat adat setempat dalam mengupayakan mendapatkan pengakuan atas hak pengelolaan hutan di kawasan mereka sebagai hutan adat atau hutan desa dari pemerintah dan hukum negara, kata Jumardi.

Dalam pelatihan penelitian naskah kuno tersebut sengaja dihadirkan DR Annabel Teh Gallop, seorang pakar pernaskahan kuno dan Melayu dari British Library yang didaulat menjadi instruktur selama pelatihan yang diikuti oleh 16 orang selama dua hari.

"Para peserta berasal dari Universitas Jambi dan IAIN STS, baik kalangan dosen maupun mahasiswa, serta dari kalangan budayawan, sejarawan dan peneliti secara personal," katanya.

Sementara, pihak Warsi menilai kerja sama pelatihan, penelitian dan pembacaan naskah kuno tersebut sangat bermanfaat bagi Warsi dalam upaya memperjuangkan masyarakat adat bisa mendapatkan hak kelola atas hutan adat atau hutan desa.

Karena sebelumnya upaya mendapatkan pengakuannya tersendat-sendat karena ketiadaan bukti otentik hanya dikarenakan ketiadaannya SDM yang mampu membaca surat-surat kuno peninggalan nenek moyang masyarakat setempat yang disimpan sebagai pusaka.

"Kegiatan ini sangat bermanfaat, meskipun secara kasat mata tidak terlihat adanya hubungan antara urusan pernaskahan dengan konservasi lingkungan dan masyarakat adat," katanya.

Namun ternyata ada satu benang merah yang sangat kuat dan memiliki hukum mengikat, yakni pernaskahan kuno yang banyak disimpan oleh kelompok masyarakat, karena itu perlu diberdayakan dan diperjuangkan," tegas Deputi bidang Humasinfokom dan Media KKI Warsi Sukmareni.(cal)

Sumber: Antara Jambi, 17 September 2014.



Naskah Kuno Bisa Jadi Acuan Hak Kelola Hutan Adat

Lebih dari 300 desa di wilayah hulu Jambi masih menyimpan naskah kuno melayu. Apabila dimanfaatkan dengan baik, naskah kuno dapat menjadi acuan masyarakat memperoleh pengakuan atas hak kelola hutan adat.

Komunitas adat di setiap desa menyimpan naskah kuno dalam peti kayu yang tertutup rapi dan disimpan di atas loteng rumah tetua adat. Naskah dikeluarkan paling cepat satu tahun sekali saat digelar ritual adat. ”Naskah kuno melayu di Jambi unik karena dihargai sebagai pusaka sehingga dirawat sangat baik oleh masyarakat,” ujar Annabel The Gallop, Kurator Kepala pada Studi Asia Tenggara The British Library, di sela pelatihan membaca naskah kuno melayu, di Kota Jambi, Selasa (16/9).

Menurut Annabel, budaya menyimpan naskah di atas loteng dalam kotak tertutup memungkinkan naskah tetap utuh rata-rata di atas 300 tahun. Bahkan, Undang-Undang Tanjung Tanah yang ditemukan di Kerinci disebut sebagai naskah melayu tertua berusia 600 tahun.

Naskah kuno yang terdapat di Jambi, lanjut Annabel, memiliki kekhususan. Naskah umumnya berisikan perjanjian antara pemimpin daerah atau sultan dan depati. Dalam perjanjian itu, ada penganugerahan dari sultan atas penguasaan di tiap desa. Sebagai imbalan, masyarakat menyerahkan hasil bumi secara berkala.

Sultan juga memberi hak pengelolaan tanah menurut batas wilayah yang ditentukan. Pada masa kini, kata Annabel, penetapan batas wilayah itu dapat menjadi acuan masyarakat adat untuk memperoleh pengakuan pengelolaan hutan.

Sukmareni dari Humas Komunitas Konservasi Indonesia Warsi mengatakan, masyarakat sejumlah desa di sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat tengah mengajukan hak kelola hutan adat. Masyarakat menggunakan naskah kuno yang mereka miliki sebagai acuan.

Di Sumatera Barat, naskah kuno masih disimpan secara pribadi. Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Zuriati mengatakan, sebagian besar masyarakat menganggap manuskrip sebagai barang sakral untuk dimiliki sendiri, bukan untuk orang lain. (ITA/ZAK)

Sumber: Kompas, 17 September 2014.



500 Naskah Kuno Indonesia Berada di British Library Inggris

Di British Library, London Inggris, saat ini terdapat sekitar 500 naskah kuno dari Indonesia yang masih perlu dikaji oleh para pakar dan pemerhati. Keberadaan naskah kuno Indonesia itu diungkapkan Kepala Seksi Asia Tenggara di British Library, Annabel Teh Gallop, yang menjadi pembicara dalam pelatihan naskah kuno kerja sama KKI Warsi dengan Jurnal Seloko yang berlangsung pada 15-16 September 2014.

Pelatihan akan berkutat dan mengkaji piagam dan naskah-naskah kuno yang berhasil ditemukan dari beberapa daerah di Provinsi Jambi. Pelatihan ini diikuti belasan peserta yang berasal dari peneliti, dosen, dan aktivis dari berbagai instansi di Jambi.

Annabel mengatakan, untuk bisa mengkaji naskah kuno itu setidaknya dibutuhkan tiga kemampuan dasar, yakni filologi untuk mengkaji isi naskah, kodikologi untuk mengkaji fisik naskah, dan pengetahuan terhadap konteks sosio-budaya masyarakat pemilik naskah.

"Menurut saya ini adalah kesempatan emas. Karena peneliti akan menjadi perantara antara naskah itu dengan dunia luar," kata Annabel seperti dikutip dari Antara, Kamis (18/9).

Ia mengatakan, pengetahuan mengenai naskah masa lalu yang dimiliki Jambi sangat diperlukan untuk mengetahui kearifan lokal dan sosial budaya masyarakat setempat.

Selain itu, melalui kajian naskah juga terbuka peluang untuk mengetahui sejarah masa lalu yang barangkali luput dari pengamatan, sebab di dalam naskah juga bisa ditemukan kapan sebuah naskah dibuat dan siapa pembuat naskah tersebut, terutama untuk naskah piagam yang banyak ditemukan di Jambi.

"Naskah piagam sangat penting sebagai kajian sejarah karena biasanya ada judul dan tanggal penulisannya," kata Annabel.

Menurut Warsi, di daerah Jambi banyak terdapat piagam atau naskah kuno yang saat ini sudah sulit ditemukan. Jika pun masih bisa ditemukan, kondisi fisik naskah juga sudah banyak yang rusak karena dimakan usia.

Padahal, di dalam naskah-naskah tersebut terkandung aturan adat, kearifan lokal, serta batas-batas wilayah masyarakat di suatu daerah.

Sebelum naskah-naskah itu benar-benar hilang dan tidak bisa diakses lagi, diperlukan sebuah upaya penyelamatan melalui pengkajian dan penelitian naskah yang masih bisa ditemukan. Jika penyelamatan naskah melalui penelitian seperti ini tak segera dilakukan, maka aturan lokal yang tercantum di dalam naskah tersebut akan hilang dan tidak bisa memberikan manfaat kepada masyarakat di masa yang akan datang.

Namun, karena kemampuan masyarakat masih sangat minim untuk mengkaji dan meneliti naskah tersebut, KKI WARSI bekerja sama dengan Seloko: Jurnal Budaya sengaja menggelar penelitian naskah dengan mendatangkan pembicara dari British Library. Melalui pelatihan ini diharapkan bisa memberi pemahaman awal bagi para peneliti untuk lebih serius mengkaji dan mendokumentasikan naskah dan piagam yang merupakan kekayaan masyarakat Jambi.

Selain naskah bisa diselamatkan dari kepunahan, masyarakat luas juga bisa mengetahui keagungan dan kearifan lokal yang pernah tumbuh di tengah masyarakat Jambi pada zaman dulu kala.

Deputi KKI Warsi Yulqari mengatakan, pelatihan pernaskahan itu sangat perlu dilakukan karena melalui pemahaman dan kemampuan dalam menganalisis naskah lama diharapkan bisa memberikan pengetahuan dalam mengambil kebijakan terkait pemberdayaan masyarakat adat, sebab naskah-naskah tersebut sebenarnya berkaitan erat dengan kearifan lokal masyarakat pemilik naskah.

Ia mencontohkan, dalam melakukan pengelolaan hutan berbasis masyarakat (PHBM) yang selama ini diusung oleh KKI WARSI, untuk mewujudkan advokasi dibutuhkan informasi terkait klaim wilayah dan bagaimana struktur-struktur di dalam suatu masyarakat.

Hal itu bisa ditemukan di dalam naskah dan piagam tersebut, semua itu tercantum dalam tambo atau naskah. "Ini yang perlu kita ketahui dan kita gali. Untuk wilayah hulu masih sangat kental dan banyak menyimpan naskah-naskah tersebut," katanya.

Diharapkan melalui kegiatan pelatihan pernaskahan itu akan memberikan bekal bagi staf Warsi dan para peserta pelatihan dalam membaca naskah yang masih bisa ditemukan di tengah masyarakat.

"Kita akui selama ini kita masih kurang atau masih minim dalam membaca naskah seperti ini. Selama ini kita lebih banyak membaca naskah berdasarkan interaksi langsung dengan masyarakat," katanya.

Melalui pelatihan ini setidaknya akan ada cikal bakal peneliti di Warsi dan Jurnal Seloko.

Sumber: Merdeka.com, 18 September 2014.


Wow, Ada 500 Naskah Kuno Indonesia di Perpustakaan Inggris

Sekitar 500 naskah kuno dari Indonesia dilaporkan berada di British Library, London, Inggris. Naskah-naskah itu masih perlu dikaji oleh para pakar dan pemerhati sejarah.

Kepala Seksi Asia Tenggara di British Library, Annabel Teh Gallop, menyampaikan hal tersebut saat menjadi pembicara dalam pelatihan naskah kuno kerja sama KKI Warsi dengan Jurnal Seloko yang berlangsung pada 15-16 September 2014. Pelatihan akan berkutat dan mengkaji piagam dan naskah-naskah kuno yang berhasil ditemukan dari beberapa daerah di Provinsi Jambi.

Annabel mengatakan, untuk bisa mengkaji naskah kuno itu setidaknya dibutuhkan tiga kemampuan dasar, yakni filologi untuk mengkaji isi naskah, kodikologi untuk mengkaji fisik naskah, dan pengetahuan terhadap konteks sosio-budaya masyarakat pemilik naskah.

"Menurut saya ini adalah kesempatan emas. Karena peneliti akan menjadi perantara antara naskah itu dengan dunia luar," katanya.

Ia mengatakan, pengetahuan mengenai naskah masa lalu yang dimiliki Jambi sangat diperlukan untuk mengetahui kearifan lokal dan sosial budaya masyarakat setempat.

Selain itu, melalui kajian naskah juga terbuka peluang untuk mengetahui sejarah masa lalu yang barangkali luput dari pengamatan, sebab di dalam naskah juga bisa ditemukan kapan sebuah naskah dibuat dan siapa pembuat naskah tersebut, terutama untuk naskah piagam yang banyak ditemukan di Jambi.

"Naskah piagam sangat penting sebagai kajian sejarah karena biasanya ada judul dan tanggal penulisannya," kata Annabel.

Sumber: Republika, 18 September 2014.



Keberadaan Naskah Kuno di Jambi Istimewa

Pelatihan Jurnal Seloko Jambi dengan Komunitas Konservasi (KKI) Warsi dianggap tepat oleh Annabell Teh Gallop. "Karena Warsi sering bersentuhan dengan masyarakat di pedalaman dan sering bertemu dengan naskah-naskah kuno," ujar Lead Curator British Library London ini.

Menurutnya ini bisa membantu kerjasama antara Warsi dan masyarakat sendiri dalam hal menentukan batas wilayah yang menjadi hak kelompok tertentu.

Hal yang lebih menarik menurutnya adalah jarang sekali naskah piagam kuno itu ada di tangan masyarakat biasa. "Ini sedikit istimewa," kata Lead Curator British Library ini.

Surat-surat piagam di Jambi, katanya, dijaga sebagai pusaka. Sistem penjagaannya pun ketat. "Dikeluarkan selama setahun sekali, itu pun harus dengan kenduri atau doa selamatan dulu," kata Annabel takjub.

Mungkin peraturan adat seperti itu menurutnya yang menyebabkan naskah dapat terjaga. Kalau ditaruh sembarangan, ungkapnya mungkin akan hilang atau rusak.

"Seperti naskah piagam dari Kerinci, sudah 600 tahun sejak abad 14 bertahan," katanya.

Mungkin metode ini menurutnya bisa diikuti oleh daerah lain untuk menjaga naskah mereka yang juga merupakan jenis arsip. "Sepertinya ini bagus juga untuk dipelajari daerah lain," ungkapnya.

Herma Yulis dari Warsi mengatakan bahkan ada yang harus dengan kenduri atau selamatan dulu. "Bahkan ada yang diturunkan dari dek rumah, dan sering pula kotaknya tak dibuka. Mungkin karena sudah terlalu rapuh," katanya.

Sumber: Tribun Jambi, 18 September 2014.


Warsi Sering Temui Tambo atau Naskah Kuno

Bukan sekali Herma Yulis, Asisten Komunikasi Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, berhadapan dengan tambo-tambo atau naskah piagam di wilayah-wilayah yang mereka tangani.

"Banyak kami temui di daerah ulu, daerah Serampas, ada juga di daerah Merangin," ungkapnya.

Penemuan ini dapat membantu mereka dan masyarakat untuk menyelesaikan masalah-masala, yang mungkin bisa diselesaikan dengan itu. Namun masalah yang selalu hadir untuk kawan-kawan KKI Warsi adalah mereka tidak bisa membaca langsung naskah tersebut.

"Cuma bisa menggali dari ucapan langsung penduduk setempat, bertanya langsung sama pemilik naskah secara lisan, seperti piagam Lantak Sipandan dan yang lainnya tadi," ujarnya.

Banyak pula daerah yang menyimpan nasah piagam tetrsebut secara ketat. "Seperti di Guguk daerah Merangin. Harus diadakan kenduri dulu sekaligus makan bersama jantung kerbau, samo-samo motong kerbau," ucap Yulis.

Ada pula yang diturunkan kotaknya dari dek rumah. "Seringkali itu tak boleh dilihat, cuma bisa lihat kotaknya karena di dalamnya diperkirakan sudah sangat rapuh, dan itu adalah pusaka dari nenek moyang mereka," katanya.

Annabel Teh Gallop sebelumnya pernah mengatakan bahwa kerjasama dengan KKI Warsi ini tepat sekali, karena dapat menolong mereka memahami batas-batas wilayah yang menjadi hak kelompok tertentu. "Tapi pengkajian memang harus dilakuan tidak terburu-buru, karena ada piagam tentang batas wilayah, yang 150 tahun kemudian berubah," ungkap Annabel dalam sesi materi.

Sesekali ia membantu menerjemahkan beberapa detail naskah yang kurang terbaca. Ia juga menjabarkan tipikal-tipikal cap, karena cap adalah satu di antara fokus penelitian dalam disertasinya.

Tak hanya Warsi yang mendapatkan manfaat acara ini, tapi juga peserta, di antaranya Syamsul Bahri, seorang guru bahasa Arab dari MTsN Pengabuan Tanjabbar. Ia mendapatkan kabar acara ini melalui sosial media Facebook. "Walau pun saya guru bahasa Arab, saya senang mengikuti acara ini, karena punya hobi di bidang sejarah, umumnya sejarah Jambi dan khususnya mengenai sejarah Tanjabbar" katanya.

Ia merencanakan penelitian, karena ia punya pengalaman beberapa kali ikut penelitian sejarah. "Khususnya mengenai sejarah Pendidikan Islam dan perjuangan di Kualatungkal," ungkap Bahri.

Ia mempunyai rencana ingin meneliti naskah piagam yang menjadi rencana penelitiannya. "Meneliti tentang naskah pernjanjian kerajaan Jambi dan VOC. Saya dapat datanya dari Arsip Nasional RI bersama ibu Annabell," ungkap pria ini.

Pada penutupan acara Jumardi Putra selaku penggagas acara dari Jurnal Seloko, mengucapkan terimakasih bayak pada KKI Warsi yang telah membantu menyediakan ruangan dan panganan yang ada. Ia juga kembali mengulangi harapannya agar ada peneliti lokal mengenai studi Jambi.

Ia juga berterimakasih pada peserta yang berasal dari universitas. "Mudah-mudahan dengan adanya acara ini kawan-kawan bisa meningkatkan SDM-nya untuk menjalani penelitian ini," ungkap Jumardi.

Di satu percakapan Tribun dengan Jumardi, ia mengatakan harapannya tentang adanya peneliti yang lebih muda dan berasal dari kalangan mahasiswa. "Kalau lebih muda, lebih banyak waktu yang dimilikinya," ungkapnya. (Jaka Hendra Baittri)

Sumber: Tribun Jambi, 18 September 2014.


Annabell: Mushaf Al Quran Jambi Unik

Sejak pukul 09.00 Annabel Teh Gallop duduk di ruang rapat KKI Warsi, menghidupkan laptopnya dan membuka file-file. Ia mampir ke Jambi bkan hanya karena undangan Jurnal Seloko, tapi juga karena ia senang berbagi ilmu dengan siapa pun terlebih mengenai naskah-naskah lama melayu dan Mushaf Al-Qur'an, pada Senin (15/9).

Di sela-sela presentasinya mengenai metode kodikologi, kajian mengenai bentuk fisik naskah, ia membuka file digital-nya tentang mushaf Al-Qur'an Nusantara. "Mushaf dari aceh biasanya ada garis-garis warna merah dan hitam,"ungkapnya sembari memindahkan ke gambar lain.

Ia mengaku selalu suka unsur kesenian yang ada di naskah. Di Indonesia, ungkapnya, hanya sedikit saja naskah yang punya hiasan dan lukisan. "Tapi ternyata yang paling indah adalah mushaf Al Qur'an," ungkapnya.

Hal ini menurutnya masuk akal karena Al Quran sebagai naskah yang paling dihormati di tempat ini. Ia pun takjub ketika melihat mushaf Al Quran di Jambi yang berbeda.

Ia sempat takjub melihat mushaf Jambi yang agak berbeda dari yang lainnya. Mushaf yang tak mempunyai garis lurus keatas tak berujung dan garis kebawah mempunyai ujung membentuk persegi. Menurut peserta diskusi itu seperti tak imbang, tapi menurut Annabel ini salah satu yang luar biasa, hal ini menyimpan keunikan tersendiri.

Sejak sekitar 10 tahun yang lalu ia sudah meneliti tentang naskah-naskah yang ada di Asia yang menggunakan bahasa melayu. "Sejak ada permintaan dari kawan meminta bantuan untuk membaca bahasa melayu huruf arab saya tertarik. Karena di Jambi ada khas tersendiri dibanding wilayah lain di indonesia, bahkan di pulau Sumatra sendiri," ungkapnya.

Sumber: Tribun Jambi, 18 September 2014.


Annabel: Cap Kerajaan Melayu Jambi Unik

Selasa (16/9) Jurnal Seloko melanjutkan pelatihan riset naskah piagam kuno yang lebih fokus pada konsultasi naskah dan ia sempat memamparkan disertasinya tentang cap di kerajaan Melayu. Di sela-sela materi Annabel Teh Gallop mengatakan bahwa cap-cap di piagam kerajaan Melayu Jambi itu istimewa.

"Dalam penelitian saya di nusantara hanya ditemukan di Jambi cap yang menggunakan lambang binatang," ungkapnya.

Ia memperlihatkan foto-foto cap asal Jambi. Salah satunya adalah cap pada era Sutan Thaha Syaifudin yang berupa kaligrafi berbentuk angsa.

Ia mengatakan ini adalah salah satu penemuannya pada disertasinya sepuluh tahun yang lalu. Ia lebih menggunakan kalimat 'cap' daripada stempel karena stempel berasal dari bahasa Belanda, selain itu orang-orang kerajaan Melayu pun menggunakan kata 'cap'.

"Yang mengejutkan lagi mereka tak menggunakan bahasa arab juga untuk mengatakan 'cap' ini," katanya.

Ia menemukan 1830 cap islam dari Asia tenggara dan 90 persen dari abad 18 dan 19. Tercatat jumlah cap yang didapatkannya untuk periode1700-1750 sebanyak 144 cap, 1750-1800sebanyak 356 cap, periode 1800-1850 sebanyak 378 cap dan periode 1850-1900 sebanyak 788 jenis cap.

Ia juga mengatakan cap yang aneh adalah dari Minangkabau. "Kalau naskah piagam sudah pakai cap minangkabau, itu sudah sulit untuk mencatat waktunya, sebab tak ada catatan nama atau tanggal di sana dan semuanya sama," ungkapnya.

Dalam penggunaan cap di naskah adapula naskah-naskah yang didapat Annabel agak wagu atau aneh. Ia menunjukkan salah satu gambar naskah yang didapatnya dengan dua kertas berbeda yang disambung, peletakan cap yang biasanya dibawah tidak ditemukan. Malah ditemukan di bagian atas, dan naskah ini diragukan keasliannya karena bagian yang tertulis berisi tentang batas wilayah dan mungkin, menurut Annabel karena itu penting jadi digunakan masyarakat untuk mengesahkan daerahnya.

"Jadi harus lebih hati-hati melihatnya," ungkap Annabel.



0 komentar: